“Sekalipun aku dibunuh, kepercayaanku masih tetap pada Allah yang Esa" "Ini untukmu Ya Allah. Aku mengharungi kesengsaraan ini untuk mendapat kesenangan di akhirat kelak. Perjuangan ini sememangnya berat, selalu menderita dan sengsara kerana aku sedar untuk mendapat syurga. Aku terpaksa menagih ujian berat, sedangkan neraka itu dipagari oleh pelbagai kesenangan." kata-kata Zinnirah-srikandi Rom
~semoga mereka dirahmati Allah~
Wednesday, June 3, 2009
CERPEN18-GERHANA
Suatu kebetulan selalu mengejutkan, dan munculnya tak disangka-sangka. Berbeda dari biasa, dan pasti jarang terjadi. Tapi seperti sudah takdir, kebetulan dalam hidupku selalu datang.Namaku Rembulan, dan biasa dipanggil Bulan. Pasti kan? Dan kebetulan, ada seorang cowok baru di sekolahku, namanya Matahari. Kebetulan, dia seumuran denganku. Kebetulan, dia sekelas denganku, dan yang selalu kebetulan, bangku kami bersebelahan.Kalau begini, aku percaya saja kata-kata temanku yang kecanduan komik, kalau di dunia ini nggak ada yang kebetulan, tapi sudah ditakdirkan. Kalau begitu…. apakah Matahari itu ditakdirkan untukku?Aku ini gadis jelek, pemurung kuper dan selalu tidak dihiraukan orang. Kata orang-orang aku pendiam, sombong, dingin dan kelam. Seperti malam yang dingin pada saat bulan ada. Berbeda dengan dia.Matahari itu betul-betul hebat. Cowok ganteng, serba bisa, jago dalam pelajaran dan olahraga. Bahkan dia sangat ramah, murah senyum, supel dan disukai banyak orang. Pertama kali dia pindah, dia sudah hapal semua teman sekelasku, dan kurang dari seminggu, namanya sudah dikenal di seluruh sekolah. Benar-benar hebat. Dan aku juga… bukankah bulan yang memantulkan sinar matahari tampak indah?Tapi kami berbeda. Sangat berbeda. Kami tidak akan bisa bertemu, seperti bulan dan matahari juga, yang takkan bisa bersama. Sebenarnya kenyataan ini cukup membuatku syok. Karena bagaimanapun juga, ada rasa yang terpendam dalam tubuh, jiwa dan rohku ini. Meskipun akal sehatku menentang, tapi begitu melihat dia, bahkan badanku langsung bereaksi tanpa bisa kucegah. Aku langsung mendekat. Untung beberapa detik sesudah itu aku langsung sembuh.“Maaf ya!” Katanya waktu itu, pagi saat dia datang ke sekolahku. Saat aku menuju kelas dengan membawa buku paket yang akan kami gunakan. Tak kusangka, cowok asing yang keren itu tersenyum ramah dan bahkan membantuku yang terjatuh karena buku yang terlalu berat dan dia menyangka itu ulahnya yang terburu-buru mencari kelas barunya. Aku hanya diam dan mengumpulkan buku paket cepat-cepat. Dia juga membantuku.“Namaku Matahari. Sering disingkat Hari. Ngomong-ngomong, kelas 2 PIS 2 di mana ya? Aku kayaknya kesasar sampai disini.”“Aku juga kelas 2 PIS 2. kelasnya ada di ujung sana. Pergilah, pasti kamu ditunggu.” Jawabku cepat. Aku nggak mau sama-sama orang cerewet sok ramah itu.“Kita sekelas? Jangan bilang kayak gitu. Kubantu ya!” tanpa menunggu jawabanku, dia membawa semua buku paket dan pergi begitu saja. Sesaat, aku merasa jengkel. Tapi senyumnya saat itu langsung membuatku terpesona. Mungkin sejak saat itulah… aku menyukainya.Mungkin sejak saat itu juga, aku selalu tanpa sadar memperhatikannya. Dan aku sangat senang, begitu dia menyapaku setiap ada kesempatan. Tapi kebodohanku, aku selalu menjawab dingin.“Kebetulan, kita ketemu di sini ya?” Katanya menyapaku waktu itu. Beberapa minggu sesudah pertemuan pertama kami. Aku yang sedang memilih buku langsung tertarik mendengar suaranya.“Oh, kamu…. mau nyari buku juga?” Tanyaku.“Iya. Aku lagi milih komik. Ternyata aku ketemu kamu ke sini lagi milih teenlit. Konsen banget ya? Apa karena pilihanmu banyak? Nggak kusangka.”“Apanya yang nggak kamu sangka? Tapi aneh juga ya, anak sepintar kamu hobi baca komik. Kupikir anak sepintar dan sebesar kamu nggak bakal suka baca komik.” Kataku masih sibuk memilih.“Iya sih, kita kan sudah SMA tapi itu menurutku nggak masalah kok. Kamu suka buku seperti apa?”“Hm… buku apa saja.”“Tuh kan? Sudah kuduga. Bulan orangnya simpel, tapi ternyata pemilih juga ya? Gimana kalau ini saja?”“Kalau ngambil kayak gitu, kesannya kamu ngambil sembarangan.” Komenku. Tapi kuterima juga.“Kamu sibuk nggak? Ada acara habis ini?” Tanya Matahari.“Nggak. Terus, kenapa?” “Jalan yuk! Kita makan siang, terus main.”“Nggak usah. Aku mending pulang.” Jawabku ketus. Aaah!!! Bodoh! Padahal aku mau banget!!! Sudah kebiasaan sih…“Sekali aja. Kamu nggak ada acara apa-apa kan? Kutraktir deh!” katanya lagi. Kesempatan!!!Aku senang. Kami akhirnya bisa jalan berdua. Meski dunia kami berbeda, aku bisa bersamanya bersenang-senang seperti sekarang. Meski hanya sebentar, aku bahagia banget.“Makasih ya, sudah nemanin aku sepanjang hari ini.” Katanya.“Nggak masalah!”“Bye.” “Jadi… sekarang kamu sendirian?” Tanya Matahari padaku saat istirahat siang. seneng banget waktu tahu dia yang datang. kadang kami jalan bareng kalau ke perpus, atau mengantar tugas ke ruang guru bareng. tapi nggak pernah kalau makan siang. dia dikerumuni banyak orang sih. dasar orang tenar.“Ya… jarang-jarang aku punya teman. Ngapain kamu ke sini?” Tanyaku dingin. dan itu melengkapi kebodohanku.“Memangnya kenapa? Kan kamu temanku yang pertama.” Jawabnya.“Sudahlah! Ngapain kamu ngobrol sama dia? Dia itu nggak bakal ramah sama siapa aja. Ngebosenin!” Tiba-tiba saja banyak cewek yang datang sama-sama dengan dia. Kenapa sih, mereka ngomongin itu terus? Memangnya kenapa kalau aku nggak menarik? Dasar bodoh!“Betul. Nggak ada apa-apanya kamu temenan sama cewek nggak menarik kayak dia. Orang yang nggak punya emosi, payah lagi! Jangan-jangan… ada tujuan lain ya?” Kata para cowok kompak. Aku nggak tahan lagi!!!Aku langsung pergi. Percuma saja. Dasar orang-orang jahat! Pasti Matahari juga berpikir sama dengan mereka. Aku ini….“Tunggu dulu! Bulan, tunggu!!!” Terdengar suara Matahari. Rupanya dia mengejarku. Kenapa sih? Dia berhasil meraih tanganku.“Apa-apaan sih?” ku tangkis tangannya. “Jangan marah. Maafkan mereka, mereka keterlaluan memang. Kau mau kan?”“Aku nggak marah. Mereka juga nggak keterlaluan. Semua ucapan mereka betul kok! Aku ini nggak ramah, ngebosenin, sombong payah, nggak menarik, semuanya!! Kamu juga pasti berpikiran sama kayak mereka kan? Kamu pasti enak, dikelilingi sama mereka. Kamu pasti juga menganggap aku ini cewek nggak menarik kan?” kataku berusaha bicara biasa-biasa saja, tapi rasanya sakit. sakit banget.“Aku nggak pernah bilang gitu, dan kami itu nggak seperti yang kamu pikir!!”“Bohong!”“Nggak bohong!!! Aku nggak pernah menganggap kamu cewek nggak menarik, karena aku suka kamu dari dulu!!”Sesaat, aku tertegun mendengarnya. Matahari punya perasaan yang sama denganku?? Aku senang sekali!!! Tapi…. tapi….“Kita ini berbeda!!! Jauh berbeda. Kita ini sama seperti nama kita. Aku ini seperti rembulan, yang nggak ada apa-apa tanpa matahari. Tidak seperti kamu, yang selalu cerah ceria seperti matahari. Apa jadinya kalau kita jadian? Nggak bakal cocok kan? Apa kamu mau mempermainkanku?”“Siapa yang mau mempermainkanmu? Aku selalu memperhatikanmu sejak pertama kali bertemu. Aku… aku… sangat menyukaimu. Waktu kita bertemu di toko buku, aku sangat senang bisa mengajakmu jalan. Karena itu… karena itu…”Tiba-tiba dia jadi gugup. Lucu sekali. Tapi nggak mungkin kan, aku bersamanya? Apa kata teman-temannya nanti? Bisa-bisa Matahari terkena imbasnya juga.“Sudah kubilang kan? Dunia kita jauh berbeda. Matahari nggak bakal muncul barengan dengan Rembulan. Aku nggak bisa bersamaku. Maaf…”“Dari tadi alasanmu Cuma matahari dan bulan saja! Siapa bilang Matahari dan Bulan nggak bisa menyatu? Apa kamu nggak pernah melihat gerhana? Gerhana muncul dari perpaduan Matahari dan Bulan. Semua orang menantikannya, entah itu gerhana bulan ataupun gerhana matahari.”Dia bahkan memakai istilah itu untuk menyakinkanku!!“Lagipula, kita ini manusia. Nggak ada hubungannya nasib kita dengan alam, atau pertanda, atau apapun. Bahkan nama sekalipun. ya ampun… kenapa kamu sampai bikin aku ngomong sekonyol ini? yang namanya perasaan itu kan nggak pernah ada hubungannya dengan hal-hal konyol kayak gitu. Kamu… kamu mau jadi pacarku?”Rasanya seperti mendengar petir di siang bolong.“Kamu…. nggak bakal takut bersamaku? Yakin?”“Tentu saja!!! Kau pernah melihatku nggak yakin?” Katanya tegas. begitulah Hari. ramah, konyol, lucu, dan serius. “Aku…”Tentu saja yang membaca kisah konyol ini tahu apa yang terjadi. Mungkin ini kisah yang singkat, tapi nyata bagiku. Perlahan, aku menerima Matahari, dan seperti namaku (meski Matahari nggak suka ngomongin itu), akhirnya aku bersinar indah berkatnya.Apakah ini benar kebetulan atau takdir? Aahh… biarlah. Yang penting, malam ini pun aku masih bisa melihat Rembulan yang indah malam ini dan seterusnya. 24 Juni, pkl. 22.40.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
balenciaga
yeezy 700
air jordan
harden shoes
vapormax
curry 5 shoes
adidas tubular
reebok outlet
off white shoes
christian louboutin outlet
Post a Comment